PUISI-PUISI Edy Firmansyah*)
Ketika Rintik Menabuh Gendang Tanah
Pagi tak bisa kaukutuk sunyi
ketika rintik menabuh gendang tanah
basah berkeciprat tanpa henti
sehingga menghanyutkan segala mimpi pada matahari
Jangan kau selimuti bisu dengan amarahmu
karena hujan telah menyuarakan deras hingga ke sudut lamun
dan sekarung sajak ketakutan telah jadi pesta srigala-srigala fajar
Jadi, Percuma sadarmu kau bungkam dengan dangdut atau ska
Karena ia akan mandi dan bergegas menulis puisi
Madura, Februari 2008
---------
Kupikir Kau Menyusui Bulan
Kupikir kau telah menyusui bulan
yang sedari tadi merengek-rengek pada malam
sambil mencambukkan temaram pada traffict light dan halte tua
ketika seluruh kota membisu dalam kegelapan yang menjelaga
nyatanya kau sibuk menyeret-nyeret gerbong-gerbong susu
menuju lingkaran payudara yang menghujamkan puting didadamu
lalu apa yang membikin bulan nyenyak dalam pendar?
seorang laki-laki tua memilin kota menjadi penis berwajah boneka
Madura, Februari 2008
---------
Tentang Puisi
Sudah lama puisi-puisi hidup dalam penjara
berharap kata-kata akan datang membawa gergaji
memutuskan rantai dan jeruji besi keterasingan yang
menjadikan puisi hanya sekedar sabun cuci
tapi mengapa katakata selalu saja membawa kado dengan pita merahmuda
untuk para petugas penjaga?
Sementara aku hanya penyair yang selalu saja kehabisan titik dan koma
Bahkan sebelum tiba di pintu gerbang tandabaca.
Haruskah puisi mati bunuh diri?
Madura, Februari 2008
-----------
Maka Akulah Doa
Maka akulah doa yang terpahat dari batu terkutuk.
Malam jatuh pada suara mantraku
Lalu tumbuh dusundusun tanpa penghuni ketika bulan memilih sabit
Dan kalelawar membangun sarang di gedung pencakar langit
Kudendangkan lagi koor gereja tua
Seperti Isa yang terombang ambing angin diatas tiang bendera
Sayupsayup terdengar suara sangkakala
Dan kematian pun hinggap diujung senyum
Maka aku pun bersiap dibaca ribuan jiwa
hingga tiba di perisitirahatan terakhir
lalu menjelma menjadi bunga hitam di batu nisan
maka akulah doa. Kau percaya?
Madura, Februari 2008
-------
Diam-Diam kau catat Kesunyianmu
Diam-diam kau catat kesunyianmu
Di ujung senja Pantai itu
tak ada lagi kenangan yang tercecer
butiran pasir telah menyimpan jejakmu
pada kantong matahari yang menggantung di retinamu
”mungkin aku bintang jatuh
Yang ingin hidup dalam 1000 harapan,” bisikmu
Mengadop sebait puisi
Diam-diam kau baca lagi kesunyianmu
Hingga kita lupa menghitung hari
Madura, Februari 2008
--------
*) Puisi-puisi ini dimuat di HARIAN SURYA, Minggu 23 Maret 2008
Tentang PENULIS
Edy Firmansyah. Adalah Esai dan Penyair. Pengelola SBK (Sanggar Bermain Kata) Madura. Puisi dan Sajaknya Pernah dimuat di; Harian Kedaulatan Rakyat, Harian SURYA, majalah PRIMA, http://www.cybersastra.net/ dan juga dalam antology puisi bersama ON/OFF “Dian Sastro for Presiden#3” (Insist, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar