Kucatat Ulang Tahunmu
:J dan NR
Sepertinya memang harus kucatat ulang tahunmu dengan pendar lilin
Parafin leleh perlahan, usia mencair di piring hening
Kau masih saja mengigau tentang hantuhantu masa silammu
Memilin-milin dosa, menyuruk-nyurukkan duka
Berharap lepas di sisa usia
“Akulah padi. Yang selalu diekori rumput
Hingga panen menguncup,” terangmu
Ah, usia memang tak abadi
Selalu tumbang di detik awal jarum jam
Tapi hidup dan maut masih saja bersipagut
Hingga ajal menghujamkan seringai
Seperti malam-malan yang kecut pada bulan
Yang menghunuskan sabit usai purnama penghabisan
Kucatat ulang tahunmu
Pada sepi(ring) puisi
Madura, 19 Juni 2009
***
Do(s)a
Masih saja purba kebersamaan kita;
memintal mantra pada petang yang bersayap
berkelana dari senyap ke senyap
dendam menggenang di jalanjalan, sesal berkecipratan
iba mengalir di selokan, gerimis asa tak berkesudahan
tanah-tanah basah oleh air mata
dukapun telanjang, bersenggama dengan kesunyian
Madura, Juni 2009
***
Tiga Dialog Subuh
1
Tak ada yang salah dengan jejak matahari di jendela kamarmu
ia hanya melaksanakan tugasnya;
menyandera pulas, menggantinya dengan pagi
mestinya kau mencatat, agar hari tak jadi khianat
2
Pulanglah,
subuh sudah dekat
kau tinggal menyusu pada puting pagi
setelah kenyang, mari berlayar
melarungkan rahim masasilam
3
Barangkali aku rindu
pagi yang basah
embun menggantung di ujung daun
matahari yang kau kulum
terbit dalam partitur senyum
tapi mengapa kau alpa
mengusap luka di gigir doa
Madura, 21 Juni 2009
WAKTU
JEJAK
- Artikel (93)
- Cerpen (20)
- Esai Budaya (31)
- Jendela Rumah (24)
- Kesehatan Masyarakat (5)
- Pendidikan (10)
- PUISI (71)
- Resensi Buku (25)
JEDA
Minggu, 21 Juni 2009
SEPI(RING) PUISI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar