JALAN PULANG
Oh, Hawa
mengapa tidak kau catat jejak purba kepulangan kita di pintu gerbang
agar semua tahu bahwa Adam selalu pulang lewat pintu belakang
Tretes, 30 Juni 2009
***
MERUWAT LUKA
waktu terus memahat diorama baka
detikdetik jatuh, kalender beruban mencatat hari tua
aku mengelana dari puisi ke puisi, meruwat luka
menanggalkan sephia di sisa usia
Tretes, 30 Juni 2009
***
ELEGI PEMULUNG
aku tak sedang membaca
puisi ajalmu, meski
kau berkalikali membisikkan kata penghabisan
sebab kulihat tanganmu yang kasar
masih saja lembut mengusapkan doa
pada setiap sampah yang kau pungut;
“kugantungkan sisa usia, pada najis yang kau bawa”
hidupmu tak diawali dengan sepotong roti
segelas kopi dan berita selebriti
hidupmu hanya sebungkus nasi sisa
yang sempat kau pungut di belakang plasa ketika senja
dan setiap suap yang kau telan
bukan hanya mengganjal lapar, tapi juga untuk memeras air mata
sebab disetiap sampah yang kau pungut tercatat skandal pemiskinan
tapi disetiap tetes airmatamu terbesit daya tahan
dan nyalang pemberontakan yang menjelma kampung halaman
aku tak sedang membaca
sajak kematianmu, karena
jejakmu telah menjelma peta
jalan pulang kita
Madura, Juli 2009
WAKTU
JEJAK
- Artikel (93)
- Cerpen (20)
- Esai Budaya (31)
- Jendela Rumah (24)
- Kesehatan Masyarakat (5)
- Pendidikan (10)
- PUISI (71)
- Resensi Buku (25)
JEDA
Kamis, 02 Juli 2009
Jalan Pulang-Luka-Elegi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar