Hikayat Jam Dinding
jam dinding itu tak lagi mampu
menggerakkan waktu
meski ia berdetak terus
tapi jarum tubuhnya
telah mampus
segalanya kini tinggal angka mati
aku yang rebah di bawahnya
tinggal sunyi
sesunyi kabel listrik
sesunyi pupur langit
dalam karang dusta
dalam mimpi pagi pesawat menderu tiba-tiba
ada ular blurik di kolong meja
mematuk betis dosen
dan ia terus gatal
menggaruk-garuk lukanya
yang bermula dari sepi
akan kembali pada sepi
dan waktu seperti tuhan
kadang dibutuhkan
saat mengobati rasa sakit
dan kesepian
sementara jam dinding itu mati
aku terjaga
kudengar suara burung kedasih
di genteng rumah tetangga
merdu sekali
Madura, November 2012
WAKTU
JEJAK
- Artikel (93)
- Cerpen (20)
- Esai Budaya (31)
- Jendela Rumah (24)
- Kesehatan Masyarakat (5)
- Pendidikan (10)
- PUISI (71)
- Resensi Buku (25)
JEDA
Senin, 19 November 2012
Hikayat Jam Dinding
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar