HUJAN BULAN DESEMBER
hujan jatuh mendadak
gentenggenteng berasap
pohonpohon membungkuk
angin kalap
hujan memang tak berperasaan
juga angin
juga guntur
tapi hujan begitu jujur
juga angin
juga guntur
dan aku tak mau berbohong
keadaan petang ini
para tukang bangunan berteduh
di bawah rumah tingkat yang di rehab
mereka bernyanyi lagu tik tik tik bunyi hujan
sambil tertawa
seakan meledekku yang tepekur di kamar
diantara bukubuku
dan listrik padam
sejam lalu;
"kalau kau hanya begitu
dunia kita tak pernah bertemu"
hujan jatuh mendadak
gentenggenteng berasap
sebatang pohon ambruk
angin kalap
Madura 25122010
WAKTU
JEJAK
- Artikel (93)
- Cerpen (20)
- Esai Budaya (31)
- Jendela Rumah (24)
- Kesehatan Masyarakat (5)
- Pendidikan (10)
- PUISI (71)
- Resensi Buku (25)
JEDA
Minggu, 26 Desember 2010
HUJAN BULAN DESEMBER
NATAL DI KAMPUNGKU
NATAL DI KAMPUNGKU
aku rasa natal tak ada disini
di kampung nelayan, tempat aku berhenti
anakanak dekil mengejar kepiting
para lelaki dewasa merajut jaring
kerja adalah natal itu sendiri
menjaring ikan agar tak lapar esok hari
aku rasa natal juga tak ada disini, di kampungku ini
di siang garang ketika para petani istirah
perempuanperempuan menyiapkan makan siang
sepiring nasi, sambal petis dan tahu sisa pagi tadi
anakanak yang mengasah cangkul sudah berkumpul
kebersamaan adalah natal itu sendiri
menggarap sawah agar tak lapar esok hari
ya, barangkali mereka tak kenal natal
tapi mereka paham bagaimana hidup menahan lapar
dan natal milik semua mereka
yang berani hidup meski lapar mendera
o, lonceng gereja, o, lonceng gereja
gentamu sampai juga disini, di kampungku ini
tapi mengertikah mereka yang khusuk di rumahrumah suci
di pura, di masjid, di gereja, di wihara
duduk juga orangorang yang memporakporandakan dunia
berdoa mereka dengan hatinya
tapi tangan, kaki dan pikirannya
terus menyulut peperangan, perselisihan, permusuhan
dan orangorang lapar itu adalah tumbal
dari segala keserakahan
o, tuhan yang maha suci
tak ada natal di kampungku ini
tapi gentamu sampai juga disini
o, tuhan yang maha suci
tak ada natal di kampungku ini
tapi kami paham soal lapar, soal kebersamaan
dan kami merayakannya setiap hari
seperti juga mereka yang
merayakan natal setahun sekali
[Surabaya-Pamekasan, 24122010]
Kamis, 23 Desember 2010
SAJAK BUAT MAMA DARI PEREMPUAN MALAM
Perempuan Malam dan Kopi Hitam
Memang sakit, Ma! rasa kehilangan itu
jalan kota yang berpolusi dan berdebu
menjauhkan jarak pandang kepulanganku
dan halamanhalaman kitab suci yang beku
leleh di lolong malam si hidung belang
biarlah, ma! biarlah airmata jatuh
agar tak perih tubuhmu seluruh
ampunan memang tak cukup membuat segalanya utuh
Ya. jujur itu menyakitkan
namun lebih berharga dari kebohongan, khan?
apa boleh buat, ma!
malam adalah kopi hitam
yang disuguhkan mpok nah
penjaga warung kecil dekat café cangkir
pahit maut, pahit hidup
melebur dalam ampas kopi
kuteguk, kuteguk, kuteguk lagi
hingga pagi
ma!
hidup seperti membuat kopi
diseduh, diaduk, diteguk
orangorang datang memesan kopi
orangorang pergi membawa sepi sendiri
sementara aku disini, ma! sendiri. menanti
menanti yang datang. melupakan yang pergi
tapi ingatan
sanggupkah melupakan yang datang.
Melupakan yang pergi dalam semalam?
ma, ketika aku kembali
masihkah berarti diharibaanmu nanti?
[Surabaya, 2006-2010]
Kamis, 09 Desember 2010
SAJAK BUAT IBU
SAJAK BUAT IBU
aku pergi ibu, aku pergi
ke daratan terjauh
yang tak terjangkau kakimu
barangkali disana
di tempat anakmu menggulung dunia
tak ada peluk cium dan cerita sebelum tidur
tapi tulus cinta dan ampunanmu, Ibu
membeku. membatu
dan jadi tempat berdiri anakmu
yang terjatuh
aku pergi, ibu. aku pergi
menyusuri jalan rantau
menanggung nasib sendiri
tanpa kau disampingku
tapi adakah yang bisa melupakan ibu?
adakah yang bisa melupakan ibu?
di jalan rantau
kulihat ibu dimanamana
dibawah purnama, di emperan sebuah toko buku
kulihat ibu memeluk anaknya yang terus mengigau susu
diatas bis antar kota yang melaju
kulihat ibu tua membelai anaknya
usai mengamen berdua
dan bernyanyi lagu keong racun
kulihat ibu dimanamana. dimanamana.
ibu adalah peradaban tak usaiusai. tak usaiusai
tak ada ibu tak ada manusia
aku pergi ibu, aku pergi
ke daratan terjauh
yang tak terjangkau kakimu
maka ijinkan kakiku
bersimpuh dihatimu selalu
baik pulang ataupun tak kembali
ke sampingmu lagi
[Surabaya, 2010]