NATAL DI KAMPUNGKU
aku rasa natal tak ada disini
di kampung nelayan, tempat aku berhenti
anakanak dekil mengejar kepiting
para lelaki dewasa merajut jaring
kerja adalah natal itu sendiri
menjaring ikan agar tak lapar esok hari
aku rasa natal juga tak ada disini, di kampungku ini
di siang garang ketika para petani istirah
perempuanperempuan menyiapkan makan siang
sepiring nasi, sambal petis dan tahu sisa pagi tadi
anakanak yang mengasah cangkul sudah berkumpul
kebersamaan adalah natal itu sendiri
menggarap sawah agar tak lapar esok hari
ya, barangkali mereka tak kenal natal
tapi mereka paham bagaimana hidup menahan lapar
dan natal milik semua mereka
yang berani hidup meski lapar mendera
o, lonceng gereja, o, lonceng gereja
gentamu sampai juga disini, di kampungku ini
tapi mengertikah mereka yang khusuk di rumahrumah suci
di pura, di masjid, di gereja, di wihara
duduk juga orangorang yang memporakporandakan dunia
berdoa mereka dengan hatinya
tapi tangan, kaki dan pikirannya
terus menyulut peperangan, perselisihan, permusuhan
dan orangorang lapar itu adalah tumbal
dari segala keserakahan
o, tuhan yang maha suci
tak ada natal di kampungku ini
tapi gentamu sampai juga disini
o, tuhan yang maha suci
tak ada natal di kampungku ini
tapi kami paham soal lapar, soal kebersamaan
dan kami merayakannya setiap hari
seperti juga mereka yang
merayakan natal setahun sekali
[Surabaya-Pamekasan, 24122010]
WAKTU
JEJAK
- Artikel (93)
- Cerpen (20)
- Esai Budaya (31)
- Jendela Rumah (24)
- Kesehatan Masyarakat (5)
- Pendidikan (10)
- PUISI (71)
- Resensi Buku (25)
JEDA
Minggu, 26 Desember 2010
NATAL DI KAMPUNGKU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar