Perempuan Malam dan Kopi Hitam
Memang sakit, Ma! rasa kehilangan itu
jalan kota yang berpolusi dan berdebu
menjauhkan jarak pandang kepulanganku
dan halamanhalaman kitab suci yang beku
leleh di lolong malam si hidung belang
biarlah, ma! biarlah airmata jatuh
agar tak perih tubuhmu seluruh
ampunan memang tak cukup membuat segalanya utuh
Ya. jujur itu menyakitkan
namun lebih berharga dari kebohongan, khan?
apa boleh buat, ma!
malam adalah kopi hitam
yang disuguhkan mpok nah
penjaga warung kecil dekat café cangkir
pahit maut, pahit hidup
melebur dalam ampas kopi
kuteguk, kuteguk, kuteguk lagi
hingga pagi
ma!
hidup seperti membuat kopi
diseduh, diaduk, diteguk
orangorang datang memesan kopi
orangorang pergi membawa sepi sendiri
sementara aku disini, ma! sendiri. menanti
menanti yang datang. melupakan yang pergi
tapi ingatan
sanggupkah melupakan yang datang.
Melupakan yang pergi dalam semalam?
ma, ketika aku kembali
masihkah berarti diharibaanmu nanti?
[Surabaya, 2006-2010]
WAKTU
JEJAK
- Artikel (93)
- Cerpen (20)
- Esai Budaya (31)
- Jendela Rumah (24)
- Kesehatan Masyarakat (5)
- Pendidikan (10)
- PUISI (71)
- Resensi Buku (25)
JEDA
Kamis, 23 Desember 2010
SAJAK BUAT MAMA DARI PEREMPUAN MALAM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar