Saat kau menelponku aku akan baca puisi ini:
aku
mencintaimu dengan seluruh jembutku
jembut
yang melambai lambai diterpa angin kemarau yang panjang dan riuh
saat
pipis di bawah jembatan itu
aku
mencintaimu dengan seluruh jembutku
jembut
yang diam dan tak pernah berkata kata
saat
tumbuh maupun jatuh
tapi
setia dan tak rapuh
aku
mencintaimu dengan seluruh jembutku
apakah
kau juga mencintaiku dengan seluruh jembutmu, sayangku?
saat kau menelponku aku
akan baca puisi itu. maka terkutuklah henpon yang lobet saat bus berjalan. powerbeng
ketinggalan. ada api di atas kepala pagi. suara orang muntah di bangku
belakang. aku terjaga. aku terjaga. mengingat cinta yang terluka. membalas inbox
dengan tergesa. aku ingin mendengar lagi suara tawamu saat kau menelponku dan
aku baca puisi itu, sebelum henpon ini mati tiba-tiba.
runcing matahari
menembus kaca. aku terpejam. aku terpejam dalam kehampaan yang asing dan
menunggu henpon berdering.
Madura,
Januari 2012-2014
1 komentar:
Jalang! Amazing!
Posting Komentar