WAKTU

JEDA

Senin, 21 Juni 2010

FOR MAVI MARMARA

Sauh Belum dilemparkan
Pada: Mavi Marmara

belum pula nahkoda melemparkan sauh
berondongan senapan tentara Israel menyalak di ketinggian
dan laut menyebarkan aroma kematian;
orangorang tiarap, mengaduh, sekarat, meregang nyawa
tempias darah membekas di dinding kapal
menjelma serapah seluruh dunia

namun senapan telah ditodongkan, kawan.
dan kemanusiaan hanyalah sampah daur ulang
yang habis dipakai lalu dibuang

dari jauh, Gaza seperti rubuh
para gerilyawan tumbuh dari bekas mesiu yang ditinggalkan para serdadu
anakanak menyusu dari pelepah darah ibu bapaknya yang terbunuh
perempuanperempuan mati di kamp para pengungsi

belum pula nahkoda melemparkan sauh
mavi marmara dipaksa menjauh, ke Jordania
meninggalkan Palestina yang kian baka

[Sampang-Madura, 03 Juni 2010]

PUISI-PUISI 4 TAHUN LAPINDO

3PUISI Mengenang 4 Tahun Lumpur Lapindo

Kuburan para pengungsi


kami tak berani menginjak kampung halaman lagi
lumpur yang menyungai
menghisap tangis orangorang

antrean panjang menuntut ganti rugi
telah menjadi kuburan para pengungsi
yang tenggelam dalam linang air matanya sendiri

dan kita saksikan: harapan berserakan di jalanjalan
menjadi luka dan batu nisan


Sampang-madura, mei 2010



Menjadi Batu

Kini sembab itu kemudian menjadi lumpur, meluberi kampungkampung
Menenggelamkan rumah, pertokoan dan hari depan
Kau dan aku tinggal getir, menatap senja yang menggigil di penampungan terakhir.

Ibuibu membasuh rahimnya
Disumursumur yang tercemar
”Lihatlah, nak! Tapak surgaku kini jadi neraka”

Dan langit terus saja menyebarkan berita
tentang buble-buble metana yang terus menyembur dari mulut penguasa.

Masihkah kau dan aku mengutuk diri menjadi batu?

Sampang-Madura, 2008-2010



Duka Lapindo

Lumpur itu menyemburkan duka. ketika
rumah, toko, pabrik, dan sekolah tergenang
karnaval para pengungsi
kampungkampung mati

air mata sudah tak mampu lagi melarungkan kesedihan.
Sebab kita membatu dicekoki janjijanji
dan perhitungan untung rugi
nasib mengerang mengkafani masa depan

lumpur itu menjelma keranda
mengangkuti mayatmayat dan kehidupan kita
sementara belatungbelatung menggerogotinya
hingga tinggal rangka


[Sampang-Madura, 29 mei 2010]