WAKTU

JEDA

Kamis, 30 Juli 2015

Mati Karena Berita

Seandainya ia sedikit bersabar dengan segala tekanan batin yang menggempur pikirannya hingga ambruk, ia tak harus ditulis dengan kisah yang muram. Seandainya ia mau bersabar menunggu buku Noam Chomsky terbit, ia mungkin akan tersenyum dan menikmati hari-hari penuh bunga bersama istri dan tiga anaknya dengan bintang jurnalistik berkilau di dadanya. Tapi siapa yang dapat menghapus ingatan? Tak banyak orang yang sanggup bertahan dari stigma buruk yang terus diberondongkan padanya seperti senapan mesin dalam setiap detik kehidupannya. Dan Gary Webb merupakan salah satu dari banyak orang yang bertekuk lutut dihantam masa silam. Mati karena berita.

Tahun 2004, Gary Webb, seorang wartawan media lokal bernama The San Jose Mercury News, ditemukan terkapar bersimbah darah di lantai apartemennya dengan dua luka tembak di kepala. Ia mati karena depresi berat, kemudian bunuh diri.

Semua bermula dari sebuah hubungan telepon dengan seorang perempuan bernama Coral Baca, seorang narasumbernya. Setelah telepon itu, Gary Webb menemui Coral di sebuah café. Coral membagikan sebuah dokumen rahasia milik CIA. Dokumen tersebut berisi catatan tentang perdagangan kokain di Amerika. Tentu bukan perdagangan narkotika biasa. Dokemen tersebut mencatat keterlibatan pejabat-pejabat penting di Amerika (khususnya pejabat CIA, kejaksaan, kepolisian dan militer) dalam perdagangan kokain. Sangat kontradiktif dengan kampanye pemerintah Amerika yang berniat memerangi narkotika. Tak hanya itu saja. Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa uang-uang hasil skandal busuk pemerintah Amerika dengan mafia narkoba Amerika Tengah justru digunakan untuk membiayai peralatan perang paramiliter Contra bentukan CIA untuk memerangi Sandinista, gerilyawan berhaluan komunis yang menentang pemerintang Samoza di Nikaragua. Pemerintahan boneka bentukan AS. Maklum, meski tembok berlin telah runtuh sebagai penanda akhir perang dingin, komunismephobia Amerika ternyata tak sembuh-sembuh. Segala bentuk negara yang berbau komunis harus jatuh.

Webb yang beberapa waktu sebelum mendapat dokumen rahasia tersebut memang sedang tekun meliput tentang peredaran narkoba di wilayahnya seakan mendapat durian runtuh. Terlebih dalam dokumen tersebut dinyatakan pemerintah Amerika justru terlibat dalam peredaran narkotika. Inilah liputan investigasi pertama sekaligus terakhir yang dilakukan Webb. Webb melacak semua nama yang disebut dalam dokumen tersebut. Bahkan ia rela terbang ke penjara Tipitapa, Nikaragua, dengan biaya sendiri untuk menemui Manasess, seorang mafia narkoba besar yang menjadi agen CIA dalam memasok persenjataan dan kebutuhan pokok pada paramiliter Contra.

Dari Manasess, Webb mendapatkan nama Freid Weil, seorang agen CIA yang menjadi penghubung gelapnya. Webb menemui Weil di Washington DC, dan kebenaran dari dokumen tersebut makin terang mengenai keterlibatan negara dalam peredaran narkotika. Meski demikian, Weil memperingatkan Webb mengenai ancaman besar jika investigasi dia diterbitkan. nyawanya bakal terancam. Webb mulai ragu.
Keragu-raguan Webb runtuh ketika CIA memanggilnya secara khusus setelah mengetahui kerja investigasinya. Webb diancam. Bukannya surut, Webb balik mengancam. Investigasinya bakal tayang.
Dan benar, begitu berita Webb tentang keterlibatan pemerintah dalam perdagangan narkoba dan pembiayaan peralatan tempur dalam perang ilegal, khalayak Amerika gempar. Media-media besar seperti Washington Post, New York Times, L.A Times seakan tertampar. Berita besar tentang skandal negara AS itu justru terbit di media lokal jauh dari hiruk pikuk pusat Amerika.

Terbitnya investigasi Gary Webb membuat ia laksana bintang jatuh. Dia tiba-tiba menyala sebentar, tetapi kemudian lenyap ditelan langit malam. Pujian demi pujian melayang padanya. Tapi itu tak lama. Hari-hari kelam kemudian menantinya.Pemerintah AS, di tengah masa-masa kampanye pemilihan presiden tahun 1998 kalap.

Sebuah konspirasi jahat dijalankan untuk membungkam Webb. Media besar pesaing koran tempat Webb bekerja mulai membuat berita tandingan. Termasuk mulai membuat opini mengenai betapa meragukan validitas berita Webb. Tak hanya itu saja. Berita gosip mengenai skandal perselingkuhan Webb di masa silam dengan seorang reporter bernama Barbara juga diungkap. Rumah Webb terus diawasi orang tak dikenal. Teror demi teror terhadap Webb dan keluarganya terus terjadi.

Belakangan, semua narasumber Webb yang pernah ia wawancarai tiba-tiba mengaku tak pernah bertemu dan diwawancarai Webb. Imbasnya The San Jose Mercury News mendapatkan teguran dan dituntut minta maaf atas berita 'palsu' hasil liputan Webb. Webb menolak menulis permintaan maaf.

Atas kerja jurnalistiknya itu Webb mendapat anugerah jurnalistik terbaik. Sejak itu ia mengundurkan diri dari tempatnya bekerja, kemudian benar-benar gantung pena. Sampai kemudian setelah tujuh tahun mengundurkan diri dari tempatnya menjadi kuli tinta ia ditemukan terkapar bersimbah darah di lantai apartemennya dengan dua luka tembak di kepala. Bunuh diri. Beberapa pendapat lain meragukan Webb bunuh diri dengan dua luka tembak. Webb dibunuh. Namun sebuah penelitian yang dilansir wikipedia menyebutkan dalam 138 kasus bunuh diri 5 diantaranya (3,8%) bunuh diri dengan dua tembakan di kepala. bahkan pernah dilaporkan sebuah bunuh diri dengan empat tembakan di kepala.

Film yang diadaptasi dari kisah nyata kerja jurnalistik Gary Webb itu mengingatkan kita bahwa memang tak mudah mengungkapkan kebenaran. Apalagi jika skandal kejahatan melibatkan negara. Di negeri ini kita punya kisah muram yang tak jauh beda dengan Gary Webb. Kita punya Munir yang diracun dalam penerbangannya menuju Belanda dan hingga kini bahkan aktor intelektual yang paling bertanggungjawab atas kematiannya tak pernah merasakan dinginnya jeruji penjara. Kita punya kisah pedih Marsinah yang mati disiksa dengan kemaluan rusak berat karena disodok laras senjata hanya karena menuntut Haknya sebagai buruh. Kita juga punya Udin, wartawan Bernas yang ditembak orang tak dikenal karena liputannya tentang korupsi Bupati Bantul dan hingga detik ini pelakunya tak juga tertangkap. Kita punya Widji Thukul yang dihilangkan negara karena puisinya menggedor tembok kekuasaan yang retak. Kematian orang-orang yang saya sebutkan itu, hanyalah contoh kecil dari banyak kematian di negeri ini yang suka tidak suka juga melibatkan tangan-tangan keji kekuasaan. Negara terlibat.

Berdurasi 111 menit, film yang dibintangi Jeremy Renner benar-benar menjadi film yang layak ditonton. Meski bergerak dengan datar tapi ketegangan demi ketegangan yang dibangun dalam film yang diadaptasi dari buku karangan Nick Svhou berjudul sama dengan film tersebut dan buku berjudul Dark Alliance karya Gary Webb sangat terasa bahkan jika dibandingkan dengan film True Story yang punya tema sama; tentang wartawan. Kita bisa menyaksikan betapa melelahkan dan penuh bahaya mengungkap kebenaran melalui kerja investigasi.

Sudahlah, saya terlalu banyak basa-basi. Ini film bagus. Pilihan hidup memang memiliki resikonya masing-masing. Mau jadi penulis atau mau jadi petani, jika sudah berhadapan dengan pemerintah korup dan keji resikonya sama saja; disiksa dengan keji sampai mati atau ditembak di rumah sendiri. Film ini tayang perdana pada 10 Oktober 2014 silam. Tentu sudah banyak yang nonton. Saya saja yang terlambat menontonnya. Anda sudah?