WAKTU

JEDA

Rabu, 20 April 2011

DERAP SEPATU HUJAN


ENDORSEMEN PUISI DERAP SEPATU HUJAN

Edy Firmansyah, penyair muda dari madura bersajak. Pengalaman hidupnya yang disusun dalam kumpulan puisi "Derap Sepatu Hujan" ini adalah refleksi kegelisahan anak muda dalam lingkaran zaman cyber yang penuh pertanyaan. Tetap semangat ed! salam, [Heri Latief, penyair, tinggal di amsterdam, 13/12/2010]

"Garis besar kumpulan puisi ini adalah apa yang selama ini kita sebut MARTABAT. Dan itulah yang membuat kumpulan ini menjadi amat bermanfaat." Selamat bung Edy, sukses selalu dan tetap kreatif. Salam! [Ciu Cahyono, Penyair]

Lewat buku ini, Edy Firmansyah, menghidupkan kembali potensi yang nyala dari tanah Madura yang dianggap renta. Dari sekian banyak penyair muda Madura yang sudah ada, Edy layak diperhitungkan. Secara pribadi, saya suka puisi yang bercerita tentang ‘anakanak tembakaumu” Tabik! [Nurani Soyomukti, penulis buku, penikmat sastra, tinggal di Trenggalek]

Puisi senantiasa mengingatkan kita kepada waktu dan ruang, kenisbian dan harapan yang saling mengisi. Dari puisilah kita belajar tentang makna eksistensi dalam lingkup kesadaran yang meluas. Disitulah posisi puisi Edy Firmansyah yang memiliki daya ungkap dan mengajak kita ke dalam ruang ruang imajinasi yang kadang terasa bukan milik kita namun akrab, dan menunjuk kepada yang tak tersebab. [Halim HD. - Networker Kebudayaan]

Edy Firmansyah mulai belajar berpuisi di forum diskusi Cybersastra di awal 2000. Dari forum itulah ia menemukan bagaimana sebuah puisi diolah. Kini penyair asli Madura yang mengindonesia ini menerbitkan buku puisinya. [Nanang Suryadi, Penyair dan Dosen, tinggal di Malang]

Edy sepertinya sama sekali tidak terjebak dalam bunga-bunga kata yang indah dan mewah. Puisinya bukan Cuma permainan kata-kata, olahan imajinasi hasil pertapaan suci seorang yang mengasing dari realita, lalu datang membawa mantra-mantra dan mengklaim diri sebagai penyair dan seniman kata-kata. Puisi dalam buku ini adalah mata yang merekam peristiwa, semangat menyala yang ia tulis dengan hati yang gelisah. Saya suka menyebut puisi Edy sebagai puisi reportase, sebab kaya sekali dengan peristiwa di sekeliling kita. [Irwan Bajang, Penulis, Pelaku Gerakan Indie]


BERMINAT DENGAN BUKU INI? Murah Saja. Hanya Rp. 33.000,-(Sudah termasuk Ongkos kirim se-pulau Jawa). jika berminat bisa kirim email ke stapers2002@yahoo.com atau fordem_pam@yahoo.com.

SAJAK PULANG

SAJAK PULANG*)


O angin garam
angin yang menebarkan karat dan kasar
sambutlah aku pulang
pulang dalam kesunyian


berbaris ratusan pepohonan
beberapa terhuyung
beberapa melepas dahan rapuh
dipukul angin gaduh
dua kresek hitam melayanglayang di udara
lalu menghilang di balik pepohonan
entah kemana


di langit barat daya yang merah
kulihat delapan burung kuntul
berbaris membentuk ujung panah
terbang pulang ke timur
ke tempat matahari pertamakali bangun


aku melaju terus saja
surabaya - madura baru separuh jalan
melaju terus. menembus sepi
jalan pulang ini
tak berujung tak bertepi


Surabaya - madura 18 Januari 2011

*) Termuat Dalam Kumpulan Puisi "Derap Sepatu Hujan" (2011)

DOA

DOA

: dari gelandangan



Tuhanku
dalam susah aku tengadah
memohon segala pinta
seperti yang sudahsudah


cahayaMu kerling sunyi
diantara neon box iklan
dan rindang pepohonan
dalam dingin dini hari
penuh kekosongan


Tuhanku
menujuMu
ribuan orang remuk
ribuan orang melepas nyawa
bersuci diri.
mengucur darah saudara sendiri
adakah kau disana?
menemani supri, menemani heru
karibku yang mati lebih dulu?


Tuhanku
di pintuMu aku mengutuk
tulisan: "Dilarang tidur di masjid"


dan aku berpaling. berpaling
ke taman kota. ke terminal ke stasiun
melepas mimpi dengan waswas disana
dan anggap saja kita
tak pernah bertegur sapa


Januari 2011