WAKTU

JEDA

Kamis, 27 Februari 2014

AKU TAK DAPAT LAGI MENGINGAT MIMPI MALAM TADI

AKU TAK DAPAT LAGI MENGINGAT MIMPI MALAM TADI

aku tak dapat lagi mengingat mimpi malam tadi
mimpi di mana sebuah puisi menuliskan dirinya sendiri
hanya laki-laki berkaos hijau itu
dengan motor bebek Yamaha 80 yang masih menyala
berdiri berkacak pinggak
dan terus melarang orang bermain volley di jalan
tak kuingat apa-apa lagi setelah itu
hanya bapak, hanya bapak hidup lagi
lalu menyuntikkan insulin di perutnya

untuk memberi kehidupan, kau harus menyerahkan kehidupan

O, betapa panjang kepedihan
yang terluka oleh masa lalu yang terus membuka pintu
dalam mimpi-mimpiku
suara perut keroncongan. asam lambung naik. suara sendawa kesunyian. mual. perut terbakar. dada terbakar
suara batuk pemulung di luar
mengorek-ngorek nasibnya dari sampah yang dibuang
apa kabar kematian?
aku makin tua, kita makin akrab saja bukan?

aku ingin menulis puisi yang menulis dirinya sendiri dalam mimpiku
tapi aku tak sanggup mengingatnya lagi
hanya jawaban atas soal matematika di fesbuk yang membuatku tertawa;
“Bob punya 36 permen. Dia telah memakannya sebanyak 29.
apa yang Bob miliki sekarang?
diabet. Bob terkena diabet”

dan senin pagi tanggal tua ini seperti suara kematian.
membuka mata dengan nafas berat.
menyibak jendela dengan dompet nyaris kiamat.
sunyi di luar sunyi di dalam.
dan dingin
menjatuhkan sajak mungil
di tubuhku



Senin, 24 Februari 2014

Sitok dan Budaya Kontol Kita


Sitok dan Budaya Kontol Kita

Mencuatnya kasus perkosaan seorang budayawan bernama Sitok Srengenge terhadap mahasiswa UI berinisial RW yang tak kunjung usai karena sang pelaku justru dibiarkan berkeliaran membuat saya berpikir; enak betul jadi laki-laki di negeri dimana para pemerkosa memegang kekuasaan hari ini.
Saking enaknya sampai horni saya. Loh? Oke. Kali ini serius. Dari kecil setidaknya saya berkali-kali melihat peristiwa hubungan laki-perempuan yang tak lazim. Dan yang menang memang selalu laki-laki. Baiklah saya ceritakan dua peristiwa saja. Waktu SMP, dalam sebuah ronda saya ikut serta dalam penggerebekan sebuah rumah yang disinyalir sedang melakukan perselingkuhan. Rumah tersebut digerebek. Pintu didobrak paksa  dan olala…di dalam rumah itu tidak hanya berisi satu laki-laki. Tapi lima. Lima laki-laki. Si perempuan tetangkap basah tengah telanjang. Dua laki-laki nyaris telanjang di dekatnya. Sisanya, satu laki-laki ditemukan sembunyi di langit-langit. Satu lagi sembunyi di dapur. Satu lagi di kamar mandi.
Esoknya, si perempuan yang telah bersuami itu diusir dari kompleks tempat saya tinggal. Lima laki-laki yang digerebek juga hilang entah kemana. Tak ditangkap tak di penjara. Si suami kawin lagi untuk ketigakalinya. Karena si perempuan yang tertangkap basah sedang pesta seks itu ternyata istri simpanan. Nah lo. Caci maki muncrat dari mulut penghuni kompleks, baik laki maupun perempuan: “perempuan lacur!” “Sundal” ”tukang mesum.” Tapi tak ada caci maki buat para lelaki. Enak ya!
Cerita berikutnya, kala saya sudah SMA. Teman-teman saya udah pada akil balig semua tentunya ya. Baik laki maupun perempuan. Gossip beredar. Si cewek berinisial A udah nggak perawan. Udah dibobol pacarnya waktu malam minggu di pantai. Jadilah si cewek itu mulai banyak yang ngapelin. Termasuk saya. Sampai akhirnya si cewek dibawa dua teman saya di rumahnya. Disetubuhi ramai-ramai berdua. Serius! Tapi saya Cuma dengar ceritanya doang.  Katanya sih kalo mau ngajak si A bersetubuh ada kluenya; ”nanti aku bilang ibumu loh kalo kamu sudah pernah diperawani R, pacarmu” klue itu beredar luas dan si A sering gonta-ganti laki. Yang memperawani A tidak di penjara. Yang terus menggilir A dengan klue ajaib itu juga bebas aja merdeka. Sebenarnya saya pernah dengar A mau lapor polisi, tapi ada yang warning; ”Mau lapor polisi? Sana lapor, nanti kamu yang dipenjara dan digilir polisi” Enak ya!
Lalu apa hubungannya dengan Sitok cerita itu? Ehm..begini. Hidup diantara perempuan-perempuan yang dididik dalam budaya dimana menghargai seks dan keperawanan di atas segalanya emang sebuah surga bagi laki-laki. Dan kita seringkali mengamini keadaan ini. Tanpa pernah mau peduli siapa sebenarnya yang tengah jadi penindas dan yang jadi tertindas dalam posisi itu.
Padahal faktanya, begitu keperawanan dirampas paksa, si perempuan merasa tak berharga. Tak lagi punya mahkota. Merasa invalid. Cacat. Dan frustasi. Dalam kondisi labil inilah gampang digasak laki-laki yang isi otaknya cuma penis dan selangkangan aja.
Sementara perempuan-perempuan yang telah diperawani dan beruntung pacarnya setia menemani di kos-kosan, biasanya jadi tergantung. Makin manja sama pacarnya. Betul tidak? Berapa dari kalian perempuan-perempuan yang jadi dependen sama pasangan setelah diperawani? (gak usah dijawab cukup gerundel dalam hati aja).
Biasanya, yang mahasiswa dan agak isi otaknya (meskipun ya ujung-ujung nanti ke urusan senggama juga), agar bisa cuci tangan atas dosa sosial yang dilakoninya itu, mulai mencekoki si perempuan dengan teori-teori feminisme liberal. Diberi ilusi segala hal tentang pembebasan atas konstruksi sosial terutama mengenai keperawanan. Agar lebih tangguh dan merdeka, katanya. Dan sanggup menjadi perempuan dewasa. (dewasa itu artinya ya diperawani dulu). Beberapa perempuan nampaknya bisa disakiti macam itu: merasa diperkosa, lalu ditipudaya dan dimanipulasi, dibuat malu, lalu menerima itu sebagai kenyataan hidup dan bungkam soal itu. Yach..begitulah otak kontol. Begitulah kehidupan budaya kontol kita. Dan banyak perempuan yang terima begitu saja (meski dalam hati kecilnya menolak) diperlakukan seperti pesakitan dalam budaya kontol yang terus menancapkan kuku beracunnya di setiap sendi kehidupan. Nggak terima? Tersinggung? Baiklah dilanjut bacanya.
Jadi kalau kita bersetuju dengan semua logika diatas memang kita tak jauh beda dengan Sitok dan antek-anteknya. Bahwa cukuplah selesaikan dengan kekeluargaan. Musyawarah dan nikahi RW baik-baik. Habis perkara. Gak usah teriak-teriak dicaci maki si laki-laki. Wah, sedap betul. Setelah menghancur leburkan masa depan RW, lalu RW disuruh menikahi pemerkosanya. Ada yang menjamin setelah RW menikah dengan Sitok ia tak akan mengalami kekerasan keluarga? Artinya, menikahkan korban perkosaan dengan pemerkosaan itu sama aja keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya.
Mungkin RW termasuk perempuan berani yang penolakan hati kecilnya atas perlakuan tak manusiawi yang dilakukan Sitok diejawantahkan dalam perlawanan. Melaporkan Sitok ke pihak berwenang. Menantang Sitok ke meja hukum. Menolak jalan damai dinikahi setelah berkali-kali diperkosa hingga hamil dan melahirkan bayi perempuan yang mungil. Tak banyak perempuan yang berani mencakar budaya kontol yang menancap dalam hidupnya.
Maka semangat itu harus kita jaga. Kalau perlu ditularkan seperti virus. Agar semua kita kembali ke jalan yang lurus. dan selalu berani berkata; perkosaan tetep perkosaan. Apapun dalihnya. Pandangan ini harus kita sepakati bersama untuk tidak terjebak pada upaya ‘pendamaian’ pemerkosa dengan korban. Upaya pendamaian itulah yang membuat sistem hukum tidak bekerja dengan benar. Di samping memang hukumnya tidak benar sebab kacamatanya masih pakai kacamata patriakat. Ditambah lagi keberpihakan hukum pada yang kaya. Sudah cukup dengan pendamaian yang menipu itu. posisi perempuan tetaplah korban dalam kasus perkosaan yang dilakukan laki-laki. Dalam posisi itu tak pantas lagi disebut dengan jalan damai, tapi jalan lain penindasan.
Maka bagi mereka yang menolak jalan penindasan, mestinya harus berani menantang jalan damai itu. Tak ada jalan damai buat pemerkosa. Seret Sitok ke pengadilan. Karena sebuah fakta; pelecehan seksual. Dan kemungkinan besar disertai perkosaan. Ada kejahatan terencana dengan metode yang rapih untuk meloloskan diri dari jeruji penjara dengan selubung logika budaya patriarkis; tindakan krimimal pemerkosaan menjadi hubungan seksual atas dasar suka sama suka. Sungguh sebuah kejahatan yang penuh tipu daya.
Dari hal tersebut mestinya aparat kepolisian berani mengambil langkah tegas. Dengan beraninya aparat kepolisian menangkap Sitok dan menyeretnya ke  Pengadilan, kita bisa percaya bahwa polisi ada untuk mengayomi rakyat tertindas bukan melindungi pemerkosa. Kita juga bisa percaya bahwa ada harapan buat perempuan menuntut hak dan keadilannya sebagai perempuan. Bahwa posisinya benar-benar setara dengan laki-laki di negeri ini. Bukan kesetaraan yang penuh ilusi.
Tapi jika keberanian tak ada lagi, jika tak ada lagi yang peduli untuk menolak jalan penindasan itu, kita sebenarnya sedang duduk bersama para penindas sambil minum kopi dan menikmati hujan rintik-rintik yang jatuh begitu sentimental hari ini. Sementara di belakang kita teriakan perempuan minta tolong karena diperkosa nyaring terdengar. Tapi semuanya tak peduli. Ih…betapa mengerikan.

Madura, Februari 2014

Rabu, 05 Februari 2014

Android Gingerbread kini bisa BBM


Android Gingerbread kini bisa BBM

Gembar-gembor tentang rencana diluncurkannya Blackberry messenger (BBM) ke android 2.3 Gingerbread (rotijahe, red) ternyata bukan isapan jempol. Kabar terakhir, BBM untuk android rotijahe sudah hadir dalam versi beta. Dan kini dalam proses pengujian. tapi belum diluncurkan secara resmi untuk publik. Rencananya, BBM untuk android 2.3 ini bakal diluncurkan pada Februari 2014. Tapi sejak tulisan ini dibuat (menjelang minggu kedua bulan Febaruari) belum juga ada kabar tentang peluncuran tersebut.

Rencana tersebut, yang dirilis di situs resmi blackberry, tentu tidak tanpa alasan. ”Kami menerima permintaan yang  begitu tinggi untuk aplikasi BBM yang dapat digunakan pada Android 2.3 Gingerbread. Hal inilah yang mendorong pihak BB untuk mendukung sistem operasi Android lawas tersebut,” ujar Kanwar, salah satu team Blackberry yang turut menguji BBM versi beta melalui surat resmi di situs Blackberry

Sebagai lahan bisnis, pengguna android rotijahe memang tak bisa dianggap sepele. Menurut data yang dimiliki Google, jumlah pengguna perangkat berbasis Android 2.3 Gingerbread masih cukup banyak dan aktif mengakses toko aplikasi Play Store. Bahkan, sekitar 21 persen perangkat Android yang mengunjungi Google Play berasal dari platform Android Gingerbread. 

Sekedar diketahui, hingga saat ini aplikasi BBM untuk Android saat ini hanya bisa dinikmati oleh pengguna ponsel dengan OS Android 4.0 Ice Cream Sandwich (ICS) ke atas. Sejak pertama peluncurannya, kehadiran BlackBerry Messenger di platform Android memang bisa dibilang sukses. Dalam sepekan, aplikasi BBM telah diunduh lebih dari 10 juta kali. Karenanya perusahaan asal Kanada itu dalam waktu dekat ini akan mengapdet versi 1.0.3.87 tersebut ke versi 2.0 agar bisa menggunakan fitur-fitur baru seperti BBM Voice dan BBM Channel yang kini sudah bisa dinikmati di ponsel pintar Blackberry versi 10.1. Sedangkan pengguna Android 2.3.3 Gingerbread tidak dapat menjalankan aplikasi BBM di Android.

Tapi bukan berarti pengguna ponsel pintar dengan sistem operasi android rotijahe tak bisa menikmati BBM untuk henponnya. Versi beta yang saat ini masih dalam tahap pengujian justru beredar luas di internet. Anda, para pengguna android rotijahe, bisa mengunduh apk BBM untuk gingerbread tersebut di sini (http://www.mediafire.com/download/q1r3ha2clizu9f8/BBM+For+Gingerbread+110.0.0.10+Beta.apk). Setelah berhasil diunduh, anda bisa mengikuti prosedur pengisiannya sebagaimana yang tertera di aplikasi tersebut untuk mendapatkan pin BB di android anda. Selamat mencoba. 

Tapi ingat, aplikasi ini hanyalah versi beta. Mungkin ada beberapa perangkat yang tidak kompatibel. Dalam pengalaman saya, saya sukses menginstalkan aplikasi versi beta ini ke sony xperia go, Samsung Galaxy Wonder dan Galaxy Young. Di ketiga perangkat yang saya sebutkan itu aplikasi berjalan lancar. Hingga saat ini saya belum mengujinya ke perangkat lain.