WAKTU

JEDA

Senin, 28 April 2014

Saya dan DSLR Canon(1)


Satu Tahun Bersama DSLR Canon EOS 600D

April 2013. Saya memutuskan membeli camera SLR pertama saya. Dan pilihannya jatuh pada kamera yang di Indonesia diluncurkan bersamaan dengan canon eos 1100D pada 24 Februari di Bali Safari dan Marine Park tahun 2011 lalu. Ya. SLR Canon EOS 600D.
Tak ada alasan muluk-muluk kenapa harus Canon 600D. Mengapa bukan Nikon, misalnya? Pertama, sejak menjadi reporter di Jawa Pos tahun 2005 lalu, saya telah terbiasa dengan Canon. Kamera digital pertama saya waktu liputan, Canon. Entah lupa serinya. Pernah juga incip-incip Canon 30D yang pernah dibawa fotografer Jawa Pos. Kedua, uang tabungan saya hanya cukup untuk meminang pengganti canon 550D di kelas entry level yang beredar satu tahun sebelum peluncuran kamera yang di eropa dikenal dengan nama Canon Rebel T3i itu. Seandainya isi tabungan saya cukup untuk meminang 60D atau 7D ya saya akan ambil salah satu dari dua kamera kelas semi pro itu. Dan kalau disuruh milih beli 60D atau 7D, ya saya pilih 7D. hahaha….tapi untuk saat itu 600D cukuplah buat saya belajar dan mengaplikasikan lagi teknik fotografi yang pernah saya dapat 9 tahun lalu di Jawa Pos.
Saya membeli Canon 600D plus lensa kit 18-55mm F3,5-5,6 IS II di Sentra Digital Plasa Marina. Ditambah kartu memori 16GB kelas 10 merek Procore, UV protector merek Protama, pelindung LCD, sebuah tas kamera cangklong dan seperangkat alat pembersih lensa. Kesemuanya menghabiskan total 6,9jt. Bukan harga yang murah menurut saya. Meskipun saya mampu membelinya.
Mau tahu jeroan 600D? Baiklah, biar kelihatan seperti fotografer serius dan mengerti SLR dan seakan-akan sedang mereview kamera yang di Jepang dipasarkan dengan nama Kiss X5 itu saya tuliskan jeroannya. 600D dibekali dengan sensor CMOS digic 4 berkapasitas gambar 18 megapixel. Besaran kapasitas gambar yang sama yang ditanamkan pada canon 550D, 650D, 100D, 700D, 60D bahkan 7D. Sepertinya canon masih percaya pada CMOS 18 megapixelnya. Soal titik fokus, canon 600D memiliki 9 titik fokus dengan satu titik fokus tengah yang paling sensitif. Ukuran layar LCDnya 3 inci dan bisa diputar (vari angle) seperti milik canon 60D, 650D, 700D dan 70D. Bedanya dengan 650D, 700D dan 70D di layar sentuh. LCD Canon 600D tidak dibekali layar sentuh. Sedangkan adik-adiknya seperti 650D, 700D bahkan 70D sudah menggunakan layar sentuh. Untuk resolusi Video mencapai 1920x1080. Dengan kapasitas resolusi video sebesar itu Canon 600D sudah cukup nyaman dibuat untuk merekam video.
Sejak memegang kamera yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai DSLR inovatif terbaik versi TechLife Innovative Award (TIA) tahun 2011 itu saya jadi sering jebret-jebret. Beberapa kali digunakan untuk merekam. Puas? Nggak. Ternyata ribet. Untuk menghasilkan foto yang bagus ternyata tidak hanya asal jebret seperti kamera digital. Harus mengatur shutter speed, diafragma, ISO dan exposure yang tepat. Dan satu hal yang penting harus sabar menunggu dan mencari momentum. Karena itu memiliki SLR memaksa saya untuk belajar lagi. mengembangkan lagi teknik fotografi yang sempat saya pelajari di Jawa Pos. Kemana? Kemana lagi kalau bukan google. Semua hal tentang teknik memotret dan tentang DSLR saya baca. Kemudian saya praktekkan. Saya yang awalnya alergi dengan editing foto mau tak mau harus belajar sedikit-sedikit. Pilihan saya pun nggak jatuh pada adobe photoshop. Terlalu ribet dan nggak mudah menurut saya aplikasi edit foto yang populer di kalangan tukang potret dan rekayasa foto itu. Dari berbagai review aplikasi foto akhirnya pilihan saya jatuh pada saudara satu perusahaannya photoshop, yakni; adobe lightroom. Tinggal ngumpulin preset-preset gratis di internet, masukin di pepustakaannya lightroom, kemudian terapkan di foto-foto berbasis RAW. Nggak pas sama hasilnya? Baru edit manual. Mudah, cepat dan nggak ribet. Belajar editnya? Tonton aja tutorialnya di youtube.
 Nah, di bawah ini foto pertama saya menggunakan canon 600D dan lensa kit EFS 18-55mm IS II F3.5-5.6. Coba-coba memotret makro. Obyeknya tanaman mawar di samping rumah yang mulai menguncup. Berapa kali jebretan untuk mendapatkan foto ini? Dari 20 jebretan, foto ini yang akhirnya sreg di hati saya. Menggunakan mode AV. Shutter speed 1/127, fokal lensa 34mm, diafragma F5 dan ISO 200. Diedit menggunakan DPP (digital Photo Professional) software edit foto bawaan canon. Maklum, waktu itu saya belum tahu bahkan abai dengan software editing foto. (Barangkali jika menggunakan lensa canon EF macro 100mm F2.8 USM yang harganya sekitar 8 juta pasti lebih bagus lagi ya? Hahaha...)

Sedangkan di bawah berikutnya adalah foto terakhir saya sebelum akhirnya saya menjual kamera yang pernah pula memenangkan penghargaan EISA Award  2011. Saya menjual kamera tersebut pada pertengahan April 2014 lalu. Artinya, kurang lebih satu tahun saya menggunakan canon 600D dengan lensa 15-55mm IS II F3.5-5.6. Hampir sebagian besar foto-foto yang saya ambil menggunakan lensa kit itu. Meskipun saya memiliki lensa tele 55-250mm IS II f4-5.6, jarang sekali saya menggunakannya. Ketika kamera yang juga mendapatkan penghargaan Technical Image Press Association (TIPA) sebagai "Best DSLR Entry Level in 2011" pada bulan April 2011 lalu itu dijual, shutter qount menunjukkan angka 2339. Itu artinya, dalam satu tahun, saya telah memotret sebanyak 2339 kali menggunakan kamera ini.

Foto di bawah ini adalah foto karapan sapi. Diambil pada bulan November 2013 di stadion Pamekasan-Madura dengan lensa kit 15-55mm IS II F3.5-5.6 bawaan canon 600D. Menggunakan mode TV dengan fokal lensa 55mm, diafragma F5.6, shutter speed 1/639 dan ISO 100. Nah, jika foto yang pertama saya edit dengan DPP Canon, foto di bawah ini diedit sedikit dengan software Adobe Lightroom yang telah saya pelajari meskipun belum fasih benar ngeditnya. (Ah, seandainya diambil menggunakan lensa luxury (L) Canon 70-200mm F2.8 IS L II yang harganya 20 jutaan atau lensa L canon 70-300mm F3.5-5.6 DO IS yang harganya sekitar 13 jutaan pasti lebih asooii lagi ya gambarnya. Hahaha....)
Canon 70-200mm f/2.8 IS L II


Selamat tinggal Canon 600D.

Tapi saya nggak kapok kok make DSLR. Belum genap seminggu setelah 600D saya laku, saya akhirnya kembali memutuskan membeli canon 70D berwifi dengan lensa bawaan 15-135mm F3.5-5.6 STM. (bersambung)

Tidak ada komentar: