WAKTU

JEDA

Rabu, 28 November 2007

Membangkitkan Khazanah Pluralisme Kaum Muda

Membangkitkan Khazanah Pluralisme Kaum Muda
Oleh: Edy Firmansyah

Artikel ini Dimuat di JAWA POS, 27 Oktober 2007


Pelajaran berharga yang bisa dipetik dari sumpah pemuda yang memasuki perayaan ke-79 ini adalah hubungan lintas golongan, agama, ras, yang mampu disatukan dengan ikrar satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air; Indonesia , oleh kaum muda. Hal itu menunjukkan tingginya sikap pluralisme dan kebersamaan kaum muda.

Tokoh-tokoh pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi, yang masih bersifat kesukuan atau kedaerahan (Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Minahasa Bond, Madura, dan sebagainya) menyelenggarakan kongres pemuda di Jakarta, dengan tujuan untuk menyatukan gerakan pemuda di seluruh Indonesia.
Kongres pemuda yang bersifat lintas-agama, lintas-suku, lintas-aliran politik itu akhirnya mencetuskan ikrar bersama yang amat besar artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia yaitu satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa; Indonesia . Dan berkat semangat persatuan, kesatuan dan pantang menyerah kaum muda itulah akhirnya Indonesia mampu meraih kemerdekaannya.

Sayangnya, setelah kita mengenyam kehidupan selama lebih dari 60 tahun sebagai bangsa merdeka, dan 79 tahun merayakan Sumpah Pemuda, kita malah menjadi bangsa yang naif dan a-historis. Ini bertolak belakangan dengan ikrar yang dikumandangkan generasi muda era 1928 yakni, satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa; Indonesia . Yang terjadi justru aneka berita konflik antar golongan, kekerasan dengan motif perbedaan dan beragam tindakan vandalistik lainnya. Dan naga-naganya mulai mengarah pada disintegrasi dan perpecahan antar bangsa.

Mestinya di tengah kondisi bangsa yang sedang menghadapi beragam persoalan saat ini, pemuda harus mengambil peran aktif sebagaimana halnya yang telah ditunjukkan para pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda 1928 yang lalu. Ini penting karena pemuda merupakan pewaris regenerasi kehidupan berbangsa, bernegara, dan kepemimpinan nasional. Pemuda merupakan sumber daya produktif pembangunan dan kelompok strategis dalam struktur demografi.

Namun kenyataannya tidaklah demikian. Spirit perjuangan, teladan sikap heroisme, dan cara pandang yang visioner dari para pendahulu, seolah tak mendapat tempat dalam kehidupan di negeri ini. Memang ada segelintir pemuda yang mau memikirkan nasib negeri ini dengan bergabung dalam Organisasi kepemudaan, LSM, Organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain. Mereka rela turun ke jalan melakukan demonstrasi untuk menuntut keadilan, menjadi sukarelawan penanggulangan bencana atau terjun ke pedalaman-pedalam untuk memberikan pencerahan pada masyarakat.

Tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan kaum muda yang terjerambab dalam godaan materialisme yang dibungkus semangat globalisme. Seakan-akan sejarah tak lagi mencatat kebaikan dan bakti para pemuda terhadap kemajuan bangsanya. Tetapi justru sejarah buruk yang sungguh menyesakkan dada. keterlibatan pemuda dengan narkoba, prilaku sex bebas hingga tawuran antar pelajar kerap mewarnai kehidupan pemuda Indonesia .
Akibatnya api semangat sumpah pemuda yang menjadi bagian penting dalam menentukan eksistensi negeri ini, lambat laun mulai suram. Dan nyaris padam di dada para pemuda, pewaris tongkat estafet pembangunan negeri ini.

Yang lebih gawat lagi, dalam situasi generasi muda yang terkoyak-koyak, para pejabat negara dan tokoh-tokoh pemerintahan justru memperlihatkan perilaku yang nista. Benar memang di tangan pemerintah sumpah pemuda selalu diperingati dengan melibatkan kaum muda. Hanya saja sifatnya ceremonial dan tidak pernah menyentuh esensi dari sumpah pemuda itu sendiri.
Buktinya, Korupsi dan menyelewengkan uang negara seolah menjadi ritual yang ”wajib” mereka lakoni saat menjalani kapasitasnya sebagai pejabat. Korupsi seolah menjadi konsensus terselubung yang terjadi pada pemerintahan di hampir semua lebel, dari yang terendah hingga tinggi. Seakan mereka lupa bahwa negara ini dibangun oleh kerja keras dan pengorbanan para pejuang. Mereka juga lupa bahwa setelah mereka akan ada generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa.

Karena itu, peringatan Sumpah Pemuda kali ini hendaknya dijadikan momentum penting oleh pemuda di seluruh tanah air untuk berefleksi, memupuk semangat kebersamaan, dan merekonstruksi visi dan misi ke depan serta mendalami kembali semangat, jiwa, dan nilai-nilai hakiki yang terdapat pada Sumpah Pemuda tersebut.

Sehingga jiwa dan semangat heroistic Sumpah Pemuda yang dulu dijadikan senjata yang sangat ampuh untuk menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dalam perjuangan melawan dan mengusir kolonialisme, imperialisme, hendaknya tetap dijadikan inspirasi (baca: sumber kekuatan) untuk melawan kezaliman, ketidakadilan, aneka kekerasan, penganiayaan, pemerasan, penipuan, penodongan, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, teror, dan beragam tindakan vandalistik lainnya, yang terus saja terjadi saat ini. Semoga!***

TENTANG PENULIS
**Edy Firmansyah adalah Kolomnis di banyak media.

Tidak ada komentar: