WAKTU

JEDA

Kamis, 13 Desember 2012

TIGA PUISIKU

TIGA PUISIKU*)

Malam Palestina

 

malammu, Palestina
malam batu batu
malam keringat
dalam angin menderu

malam yang terbit dari pusarmu
malam seribu peluru
mendesing dan mendesing
menembus padang udara
padang kabut hati kita
yang sobek dan terluka

o, dingin yang jatuh
udara bergema
aroma kiamat
dalam kamar tidur kita

anak-anak gamang membaca peta
angin tiada
lalu cinta
meledakkan dirinya

malammu, Palestina
malam batu-batu. Malam tanah
malam api. Malam lolongan
seperti badai hantu padang pasir
memanggilKu



------

Pada N
ulang tahun kita adalah sebuah dunia yang meledak
diantara dua nasib yang berlari
dalam cincin yang disematkan pada jemari

serpihannya menjelma sepasang kursi pelaminan yang sedih
kertas krep yang terluka dan darah di setiap warna doa

"seberapa jauh kita akan berlari dengan kedukaan ini?"

sejauh angin
membawa pinisi ke laut sepi
tempat segala kepedihan
membersihkan diri
lalu sepasang camar keluar dari telapak tangan kita
lalu lautan menjelma sekeping uang logam
dan langit tiba-tiba terbakar!

seekor camar, rubuh!
seekor camar lain menabrakkan tubuhnya
pada karang-karang duka

kita melihatnya dengan tangan bergandengan dan mata terpejam
"Seberapa jauh kita akan melewati semua ini?" engkau kembali bertanya

sejauh cinta mengembalikan dirinya ke dalam cinta
dengan atau tanpa metafora

-----------------

Airmata Anak-Anak Gaza

airmatamu adalah tangis yang melahirkan tank-tank dari rahim perempuan
dan defile tentara putih dari langit

sedih apakah yang hendak kau kabarkan
dari merpati yang terbang sendirian dan hinggap di pelupuk matamu?
"Rudal-rudal terus jatuh. gedung-gedung terus rubuh.
dan kematian adalah udara"

barangkali puisi hanya angin menderu
dari heli apache yang melintas itu
maka kubasuh muka dengan airmatamu
lalu kulihat;
sepasang tangan tengadah ke langit
memanggil hantu-hantu gurun
hantu-hantu laut. Hantu-hantu gunung
Mmmbelah maghrib di matamu
        yang tertidur

airmatamu adalah tangis yang melahirkan tank-tank dari rahim perempuan
dan suara pembebasan terus menderu

sampai hari kebangkitan itu tiba
koral-koral ungu berkerlip dari matamu yang merah
menjelma hamparan gandum sepanjang laut tengah
dan kita berpelukan dengan airmata bahagia


Madura, 2012


*) puisi-puisi diatas dimuat di Harian Radar Surabaya, 09 Desember 2012

Tidak ada komentar: