WAKTU

JEDA

Selasa, 23 September 2008

Humor Patch Adams vs Sistem Kesehatan Konvensional

Dimuat di MEDIA INDONESIA, 20 September 2008


Humor Patch Adams Vs Sistem Kesehatan Konvensional
Oleh: Edy Firmansyah



Judul : Patch Adams; Kisah Inspiratif Seorang Dokter Eksentrik yang Menyembuhkan Penyakit dengan

Humor dan Kebahagiaan
Penulis : Patch Adams M.D dan Maureen Mylander
Penerjemah : Ibnu Setiawan
Penerbit : B-First (Bentang Pustaka Groups), Yogyakarta
Cetakan : I, April 2008
Tebal : xxii + 206 Halaman


Sistem Kesehatan yang berorientasi pasar terbukti gagal dalam upaya mensejahterakan umat manusia. Sebab dalam sistem pasar, yang menjadi tolak ukur adalah bagaimana mendapatkan laba sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Akibatnya pasien hanyalah menjadi korban dari kerakusan. Ini bisa dilihat dari mahalnya biaya kesehatan akhir-akhir ini.

Di Amerika pengeluaran untuk perawatan kesehatan meningkat tajam daripada pengeluaran yang lain—makanan, perumahan, transportasi dan pakaian. Menurut Adminstrasi Pembiayaan Perawatan Kesehatan Negara, perawatan kesehatan menempati sebesar 12 persen dari produk nasional bruto pada 1990 dan meningkat menjadi 16,4 persen pada tahun 2000. Di Indonesia tak jauh beda. Pemerintah berdasarkan Undang-Undang No. 45 tahun 1999 pasal 32 mempunyai kewajiban membayar sebagian dari iuran layanan kesehatan untuk rakyat. Dan ini ditempuh misalnya melalui kartu asuransi kesehatan (Askes) untuk para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Askes Gakin untuk mereka yang miskin. Tapi buktinya baik Askes maupun Askes Gakin tidak mampu mengikuti gerak kenaikan ongkos kesehatan yang jauh lebih cepat. Sebab tarif pelayanan kesehatan justru dibiarkan melonjak antara 25 hingga 75 persen. Akibatnya, hanyak untuk menebus obat generic penurun panas saja, penduduk miskin tetap merogoh kantong lagi. Kondisi di Indonesia sebenarnya hanyalah puncak gunung es dari sistem kesehatan dunia yang menganut kapitalisme pasar.

Hampir di sebagian besar dunia, sistem kesehatan yang berorientasi pasar, pasien tak hanya dipandang sebagai orang sakit, melainkan konsumen yang perlu dibujuk terus menerus untuk menkonsumsi obat. Sebab obat adalah salah satu produksi massal kesehatan yang mampu meraih laba besar. Padahal ada banyak fakta yang menunjukkan bahwa obat justru menambah parah suatu penyakit. Sebuah studi kepustakaan yang dilakukan oleh Knutt Schroeder membuktikan bagaimana obat batuk yang banyak beredar di pasaran menghasilkan efek-efek buruk bagi esehatan pasiennya. Berbagai macam efek samping seperti mulut kering, kepala pusing, dan susah tidur justru memperparah kondisi penderita.

Melihat fenomena tersebut Patch Adams, seorang revolusioner sosial, dokter sekaligus badut mendirikan Gesundheit! Institute. Sebuah klinik pengobatan gratis di West Virginia. Patch melakukan metode pendekatan hubungan personal kepada pasien untuk membantu mereka sembuh, bukan semata pendekatan klinis yang diterapkan rumah sakit pada umumnya. Uniknya, tiap kali melakukan pemeriksaan atau uapaya pendekatan personal ia seringkali memakai hidung badut berwarna merah untuk menghibur anak-anak kecil yang sakit ataupun mengajak pasien yang gelisah berjalan menuruni bebukitan. Dan buku yang ada di tangan pembaca ini adalah proses panjang Patch Adam bagaimana ide ’melawan’ sistem pengobatan konservatif berorientasi kapitalis itu dibangun.

Patch Adams mengembangkan sebuah rumah sakit yang menggunakan tawa sebagai obat, cinta sebagai mata uangnya dan kepercayaan serta dukungan sebagai fondasi pembangunannya. Sebab dalam praktek kedokteran yang ideal, menyembuhkan merupakan interaksi antarmanusia yang penuh kasih sayang, bukan transaksi bisnis. Kaum profesional di bidang kesehatan harus ’berani’ mengulurkan tangan pada pasien yang menunjukkan rasa sakit dan kerapuhan mereka. Demi kesehatan pasien; staf, dokter harus berusaha keras membangun persahabatan dengan pasien secara mendalam. Sebab persahabatan adalah obat paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit (hal. 47).

Karena konsep dasar pelayanan kesehatan adalah cinta dan persahabatan, maka biaya haruslah dihindarkan. Artinya, melayani adalah tugas kemanusiaan. Dan tugas mulia itu tidak butuh bayaran. Pasalnya, biaya yang tidak terkendali dalam bidang kedokteran mendorong keserakahan. Dan keserakahan adalah musuh utama persahabatan. Dalam perhabatan yang lahir dan dibangun adalah berbagi dalam segala hal baik susah dan senang. Itulah sebabnya rumah sakit Patch Adams mirip sebuah sirkus.

Bukan saja karena staf rumah sakit Gesundheit! Institute tersebut tidak hanya dokter dan perawat saja. Melainkan para ahli pengobatan alternatif seperti akupuntur, sinsei dan jamu tradisional. Tetapi juga para dokternya dan stafnya kerap berpakaian badut dan melucu sehingga membuat pasien tersenyum dan tertawa. Mengapa? Karena humor adalah obat semua penyakit. Humor telah diperkenalkan secara gencar sebagai pemberi kesehatan di sepanjang sejarah kedokteran, mulai dari hiprokrates sampai Sir William Osler. Bahkan tak sedikit para pasien yang ternyata bisa sembuh setelah menderita penyakit yang kronis karena humor. Benar memang kebenaran tersebut hanyalah berdasarkan pengalaman, meski demikian buku kedokteran mainsream belum menyangkalnya.(hal. 87).

Barangkali karena dianggap sebagai hiburan, setiap bulan ada sekitar ratusan bahkan ribuan orang mengunjungi rumah sakit tersebut. Sebagian selama sejam, sebagian selama berhari-hari. Jumlahnya bervariasi dari satu sampai lima puluh tama yang bermalam setiap malamnya. Mereka datang karena mendengar klinik tersebut menawarkan pengobatan alternatif, tidak memungut bayaran alias gratis dan bersenang-senang. Pasiennya beragam. Mulai orang-orang yang ingin bunuh diri, orang yang berkelahi dengan orang tercinta, hingga penderita penyakit kronis. Semuanya hidup dalam sebuah komunitas seerti babes in Toyland: naif, lugu dan bodoh.

Bagaimana bisa bertahan tanpa penghasilan? Ternyata para stafnya rumah sakit tersebut bertahan hidup dari profesi sambilan dengan bekerja di tempat lain dengan sistem paruh waktu. Setiap orang harus menyumbang $ 19 per blan untuk sewa gedung. Mereka juga bertahan hidup dari hadiah dari teman-teman dekat. Mulai dari pakaian, musik, perabotan berkebun, kendaraan bekas, bahkan binatang piaraan. Hal tersebut dilakukan hanya demi melayani pasien agar mereka bisa menikmati hidup sehat dan berbahagia.

Karenanya buku ini layak untuk menjadi bacaan wajib untuk para pasien, dokter dan seluruh lapisan masyarakat bahwa biaya kesehatan murah dan rumah sakit gratis bukanlah sebuah mimpi. Patch Adams melalui Gesundheit! Institute telah membuktikannya. Dan saya rasa semua dokter mampu melakukannya, kecuali mereka yang anti terhadap perubahan.


TENTANG PENULIS
Edy Firmansyah
adalah Pustakawan di Sanggar Bermain Kata (SBK) Madura. Alumnus Kesejahteraan Sosial Unversitas Jember.

2 komentar:

Nilam Ramadhani mengatakan...

Bung (agak melenceng nih kayaknya..) saya cuma penasaran aja, gambar kartun yang anda tempel itu dapat darimana??Cuma pengen tau aja, soalnya saya cari2 juga gak tau alamatnya.tengs infonya!

edyfirmansyah mengatakan...

he..he..aku ambil di ilustrasi Resensi Buku yang dimuat di MI itu. aku potret pake kamera digital, kemudian aku edit ulang.