WAKTU

JEDA

Kamis, 23 Oktober 2008

Catatan Kematian untuk Ayahanda Seorang Kawan

To: Nilam Ramadhani


Barangkali hari Kamis, 16 Okotober lalu, adalah hari paling sunyi. Tak ada telepon untuk saya. Juga tak ada sms. Padahal biasanya ada saja kawan-kawan yang iseng telp ke Hp untuk sekedar say hallo, kirim sms lucu atau sms porno. Tapi hari itu benar-benar sepi. Hanya ada satu sms masuk. Dari kawan SMA. Itupun bernada duka.”Innalillahi wainna Ilaihi Rojiun. Telah meninggal Ayahanda Tercinta Eddy Margono pada 16 Oktober 2008. Jika ayah saya ada salah mohon dimaafkan,”

Terkejut. Jelas. Kalau tidak salah tiga bukan lalu saya dan keluarga beranjangsana ke rumah kawan saya itu. Sempat pula ketemu dengan kedua orang tuanya. Keduanya kelihatan masih sehat. Padahal usianya sudah sekitar 50 tahun keatas. Sebagaimana pensiunan PNS umumnya. ”Kematian itu misteri. Dia bisa datang kapan saja,” ujar istri saya ketika saya ceritakan kabar duka itu.

”Mirip mantra Jalangkung, ya!?. Datang tak dijemput, pulang tak diantar,” celetuk saya. Istri saya langsung sewot. ”Kematian kok dibikin main-main,” sergahnya lalu ngeloyor pergi ke dapur.

”Siapa yang main-main?” batin saya. “Kematian adalah alamiah. Ketika syarat-syarat untuk hidup suatu mahkluk terputus karena berbagai sebab, maka matilah ia. Jadi tak bisa dibikin main-main,” saya nyerocos terus tapi dalam batin.

Kemudian saya ambil Hp dan mulai membalas sms kawan saya itu. ”Saya dan keluarga turut berbela sungkawa. Saya usahakan hadir pada prosesi pemakaman,”

***
Barangkali karena kematian itu alamiah, saya tak pernah mengikuti prosesi pemakaman orang-orang dekat saya yang meninggal dengan khikmat. Saya berangkat ke makam, menyaksikan jasad orang-orang dekat saya ditumbun tanah, berdoa hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Agar masih dianggap punya rasa sosial. Yang hidup ya pasti mati, yang mati nggak mungkin hidup lagi. (kecuali dalam film horor).

Tapi pada prosesi pemakaman ayah kawan saya itu, saya justru merenung. Seandainya saya yang sedang dimasukkan dalam liang lahat itu, apakah orang-orang yang datang itu berdo’a dengan ikhlas untuk saya atau berdoa untuk dirinya sendiri? Sekedar menggugurkan kewajiban atau sekedar mengisi waktu luang? Adakah diantara mereka yang masih menyimpan dendam pada saya ketika saya berbuat salah semasa hidup? Tidak ada yang tahu.

Sama seperti ketidaktahuan kita tentang apa-apa yang terjadi setelah jasad ditimbun tanah. Apakah almarhum sedang diinterogasi malaikat disertai disiksa sebagaimana polisi menginterogasi maling ayam, ataukah Almarhum sedang diskusi dengan malaikat tentang kondisi sosial politik di alam kubur sembari menyeruput cappucino khas alam kubur, tak ada yang tahu.

Tapi kata hikayat pengadilan di alam kubur tak seperti pengadilan di dunia. Barangkali di dunia koruptor bisa saja lolos dari jeratan hukum dengan membungkam para hakim dan jaksa dengan segebok uang, tapi di alam kubur tak berlaku hukum uang. Yang berlaku adalah rekam jejak ketika hidup di dunia. Kalau di dunia kelakuannya busuk, misalnya menilap uang rakyat, mengobral janji-janji kala kampanye, tetapi ketika terpilih ingkar, ngemplang duit proyek, maka ia akan jadi sansak gada malaikat.

”Siapa yang tahu? Tak ada yang tahu to? Jadi kalau sama-sama tidak tahu mbok jangan nyerocos terus. Buang-buang energi!” celetuk batin saya. Glek. Saya jadi keki. Bisanya Cuma garuk-garuk kepala sambil nyengir kuda.

Tak terasa liang kubur telah tertutup tanah. Manusia yang berasal dari tanah kini kembali ke tanah. Dan doapun dipanjatkan. Saya larut dalam hening, berdo’a dengan bahasa saya sendiri.

Tuhan, saya sejatinya tidak kenal betul dengan Om Eddy Margono ini semasa hidupnya. Satu-satunya kenangan saya dengan Om Eddy Margono ini ketika saya bertandang pada kawan saya itu. Saya ingat tiap kali memanggil kawan saya, ia selalu menyebutnya ’adik.’ Barangkali itu sapaan sayang buat anak bungsunya itu. Dari sapaan itu saya berkesimpulan bahwa kepala keluarga ini adalah orang yang penuh bahasa kasih. Ia membesarkan putra-putranya tidak dengan bentakan atau hardikan, tapi dengan bahasa sayang. Buktinya, kedua putranya adalah pemuda yang cukup bisa menjadi kebanggan keluarga. Si sulung seorang dosen di Jogyakarta. Si Bungsu juga Dosen. Saya yakin Om Eddy Margono ikhlas kembali ke asal-mulanya.

Tuhan, anak adalah proyeksi orang tua. Si bungsu adalah kawan saya sewaktu SMA. Ia begitu baik pada saya. Kita sering terlibat diskusi-diskusi panjang tentang banyak hal. nada bicaranya datar, tak ada sifat sombong. Yang ada kemauannya yang besar untuk belajar banyak hal. Saya yakin Om Eddy Margono adalah juga pria yang gigih di masa mudanya. Ia bekerja pantang menyerah, banting tulang hanya untuk menyaksikan anak-anaknya sukses di masa depan. Dan barangkali salah satu cita-citanya itu telah tercapai. Saya yakin do’a kedua putranya itu tak akan putus-putus dilantunkan siang dan malam untuk keselamatan Ayahanda tercintanya.

Jadi Tuhan, jika ada dosa-dosa almarhum yang masih menempel dalam raganya ikhlaskanlah. tegakah engkau melukai seorang kepala keluarga yang amat dicintai keluarganya ini hanya karena dosa-dosa yang sejatinya bisa kau hapus dengan kekuatanMU itu? Mengingat kerja kerasnya, jasa-jasanya, kegigihannya untuk membahagiakan istri, putra-putranya tak bisa terhitung nilainya. Ketulusan cinta terhadap istri dan anak-anaknya tak bisa digantikan dengan apapun.

Jadi tuhan, terimalah ia seperti kau menerima para syuhada. Jangan ada siksa kubur. Karena cara-cara kekerasan hanya dilakukan oleh orang-orang yang lemah jiwanya. Bukankah kau tak mau ’digugat’ mahklukMU karena tergolong Dzat yang lemah?


Surabaya-Madura, 20 Oktober 2008

1 komentar:

Alumni Smunsa Pamekasan mengatakan...

Ketika saya baca tulisan Anda ini Bung, mata hati saya langsung menangis..Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas do'anya, semoga dicatat oleh Allah sebagai kebaikan.Amin. Memang semua dari kita pasti akan mati, cuma entah kapan kita tak pernah tahu, itulah rahasia Ilahi. Yang terpenting, saling mengingatkanlah kita kala khilaf menghinggapi, selagi masih ada nafas di dada ini. Semoga umur yang tersisa ini bisa bermanfaat bagi sesama ya...
wassalam