WAKTU

JEDA

Rabu, 24 Desember 2008

Hitam Putih Dunia Remaja

Dimuat di KPO Bali Edisi 165, 15-31 Desember 2008


Hitam Putih Dunia Remaja


Judul : A Young Girl’s Diary (Catatan Harian Gadis Belia)
Penulis : Grete ”Rita”Lainer von Lainsheim
Penerjemah : Fauzia Wardhani
Penerbit : Visi Media, Jakarta
Cetakan : I, April 2008
Tebal : x + 286 Halaman
Peresensi : Edy Firmansyah

Masa Remaja adalah masa yang paling menentukan dalam pembentukan karakter manusia. Pada usia sekitar 11-14,5 tahun, selain mengalami masa pubertas, kaum remaja akan mengalami berbagai romantika dalam persahabatan, percintaan serta pasang surut hubungan keluarga dan sahabat-sahabatnya. Jika masa tersebut berhasil mereka lalui dengan gemilang, maka ketika dewasa mereka akan mudah menumbuhkambangkan pengetahuan (know-what, knowledge), sikap (know-why, attitude) dan ketrampilan (know-how, skill) sebagai bekal bertahan hidup dan bersosialisasi dengan masyarakat.


Sayangnya, masih banyak orang tua dan masyarakat yang tidak paham dengan karakter remaja ketika memasuki masa pubertas. Buktinya sebagian besar anak-anak kita berada dalam posisi sub-altern. Yakni, sebuah keadaan dimana manusia kehilangan suara kemanusiaannya. Mereka dibungkam. Dibuat tunduk dan takluk pada peraturan tertentu. Kasus pernikahan Lutfiana Ulfa, Gadis belia berusia 12 tahun dengan Syech Puji alias Pujiono yang hingga kini terus menuai kontroversi adalah sedikit bukti tentang posisi subaltern anak-anak. Seolah anak adalah hak milik orang dewasa yang boleh diperlakukan semaunya, asal dengan alasan yang menurut orang tua masuk akal. Sehingga ketika dewasa nanti anak-anak akan menjadi harapan orang tua.

Padahal menurut Gibran, penyair Lebanon dan pengusung humanisme universal; Anak bukanlah milik orang tua. Mereka adalah kehidupan. Cinta kasihmu dapat kau berikan pada mereka, tapi bukan pikiranmu, karena mereka mempunyai pikiran sendiri. Raga mereka dapat kau kurung, tapi tidak jiwa mereka, karena jiwa mereka tinggal di rumah masa depan yang tak dapat kau kunjungi, bahkan tidak melalui mimpimu.

Seperti apa sebenarnya kehidupan anak-anak pada masa belia? Buku yang berisi catatan harian seorang gadis belia (muda) bernama Grete ”Rita” Lainer Von Lainsheim) dari kelas sosial menengah atas di Wina, Austria barangkali mampu memberikan gambaran yang utuh tentang masa pubertas yang penuh gejolak itu. Dalam buku ini, Rita (begitu orang-orang dekatnya memanggilnya) menceritakan bagaimana ia mengungkapkan perasaannya yang berkembang menuju kearah kematangan. Bagaimana dia memaknai perasaan bahagia, cinta, benci dan marah. Bagaimana dia menjalin hubungan dengan orang tua, saudara dan sahabat hingga bagaimana awal dia menjalin hubungan dengan lawan jenis sehingga menjadi hubungan yang serius terungkap detail dalam catatan harian ini. Bahkan tanpa tedeng aling-aling Rita juga menceritakan tentang kebingungan-kebingungannya soal seks. Sampai akhirnya ia menguak rahasia-rahasia kehidupan menurut pemahamannya sendiri.

Membaca catatan harian ini seakan kita berada di belakang Rita dan mengikuti setiap gerak geriknya dan masuk dalam perasan-perasaannya. Ditulis dengan cukup memikat dan runut dengan kepolosan khas gadis belia. Karena tak heran jika Sigmund Freud, sang penemu Psikologi Analis itu memuji catatan harian ini. ”Catatan harian ini laksana sebuah intan. Saya yakin, tidak pernah ada sebelumnya suatu karya tulis yang mampu membuat kita melihat sedemikian jelas ke dalam jiwa seorang gadis belia, selama menjalani tahun-tahun perkembangan masa puber. Karena catatan harian ini wajib diterbitkan.(hal. iv).

Setidaknya ada dua hal mengapa pendapat Freud diatas patut diamini bermasa. Pertama, secara sosiologis catatan harian ini berhasil mendudukkan tiga macam kekuatan eksternal yang mempengaruhi kehidupan sosial. Pertama, lingkup keluarga (family power). Kedua, lingkup masyarakat (Society Power) Ketiga, lingkup negara (State power). Dan perlu diketahui bawah karakter manusia dipengaruhi oleh tiga kekuatan tersebut. Jika salah satu dari tiga kekuatan tersebut timpang, maka yang lahir adalah generasi timpang. Kedua, secara psikologis Rita melalui catatan hariannya berhasil melewati masa belia dengan gemilang. Artinya, ia mampu mengungkapkan setiap seluk beluk kehidupannya dengan lancar. Tanpa ada tindak kekerasan, tanpa ada intervensi. dan menariknya, itu semua dilakukan dengan menulis.

Sebab dalam teori dasar psikologi dijelaskan bahwa energi seseorang yang tidak tersalurkan melalui kegiatan (baik fisik maupun intelektual) akan cenderung menjadi destruktif. Beberapa kasus semisal tindak pemerkosaan, pelecehan perempuan di jalan, pemerkosaan bocah perempuan oleh pemuda atau kakak lelaki hingga mengandung merupakan bukti tersumbatnya saluran sublimasi psikologis.

Dengan menulis catatan harian, Rita berhasil melepaskan penumpukan trauma masa kecil dalam alam bawah sadar yang bisa menyebabkan seseorang bertindak banal. Dan mestinya cara menyalurkan energi muda yang penuh gejolak ini adalah dengan menulis dan mengembangkan imajinasi sebagaimana dilakukan rita dan catatan hariannya.

Karenanya buku ini wajib dibaca orang tua dan para guru agar bisa mengerti perasaan anak-anak dan murid-muridnya yang seusia dengan Rita sehingga bisa memberikan perhatian dan pendidikan yang tepat. Tepat juga dibaca para remaja, baik laki-laki maupun perempuan atau semua orang yang ingin memahami karakter dan pola pikir para ABG (Anak Baru Gede) pada umumnya.


TENTANG PENULIS
Edy Firmansyah
adalah Jurnalis. Pustakawan di Sanggar Bersastra Kita (SBK) Madura.

Tidak ada komentar: